Liverpool, Pesona The Beatless Sampai Kota Pelabuhan


Albert dock landmark Liverpool

Pesona Kota Liverpool di era modern identik dengan The Beatless. Urutan berikutnya sepakbola dan  para hooligannya. The Beatless sejak kemunculannya telah  membingkai reputasi  kota barat laut Inggris tersebut. Dunia bola beserta prestasi kliub, dan ulah para penggemarnya yang terkenal sangar dalam kompetisi lokal maupun internasional ikut mengangkat nama kota Mersysides terse but.

Sementara predikat kota pelabuhan yang mencatat banyak sejarah dalam pelayaran transatlantik dan daya tarik lainnya seperti bumbu pemanis saja. Kapal legendaries Titanic misalnya yang tenggelam di dasar lautan Atlantik tahun 1912 ketika memulai pelayaran perdasanya mendapat lisensinya di kota ini.

Adalah fakta, kalau banyak orang berkunjung ke kota tua ini untuk menapak tilas  kehidupan empat pemuda Liverpool tahun 1960-an; John Lennon, Paul McCartney, Ringo Starr dan George Harisson personil  kelompok musik legendaris, The Beatless. Kenyataan pula jika semua hal yang berbau dengan grup musik itu dijadikan sebuah daya tarik turisme yang menggerakkan industri tanpa asap di kota tersebut. Sampai-sampai nama vokalis utama Beatless, John Lennon diabadikan sebagai nama bandara satu-satunya yang ada di Liverpool.

Turun dari kereta api di stasiun James Street pada musim panas, saya merasakan  nuansa Beatless yang sangat kental. Melewati deretan pertokoan yang berada di jantung kota,  musik bernada rock’n roll Beatless terdengar mengalun. Umbul-umbul dan spanduk yang menginformasikan berbagai acara berkaitan dengan Beatless nampak memenuhi sudut jalanan. Saya yang bukan penggemar musik John Lennon dan kawan-kawan ini, jadi  bergumam dalam hati, betapa roh Beatless begitu kuat menyihir penggemarnya sampai kini.

Saya mengunjungi kota ini saat mM-usim panas di bulan Agustus. Ini momen yang pas  untuk sekedar merasakan aura The Beatless dimana di builan-bulan terse but adalah  saat pesta pora para Beatlessmania dari belahan bumi di kota yang berjarak 336 km dari London tersebut. Saat itu digelar pekan festival internasional Beatless. Ribuan manusia dari berbagai ras, dan umur serasa tumplek di Liverpool untuk ambil bagian dalam pesta rakyat itu.

Festival ini adalah ajang terbesar dan merupakan perayaan musik tahunan terbaik mengenang kejayaan the Beatless. Puluhan kelompok musik lebih dari 20 negara memeriahkan susana. Mereka memainkan lagu-lagu Beatless yang pernah populer. Festival tersebut selain dihadiri para selebritis kondang, juga diisi dengan acara pelelangan benda-benda memorabilia the Beatless, tur khusus, pemutaran film Beatless dan workshop.

Wisata kota menyinggahi tempat-tempat yang punya nilai historis dalam perjalanan karir musik The Beatless pun dikemas dan laku dijual ke pengunjung. Mendips dan 20 Forthlin Road, rumah milik John Lennon, dan Paul McCartney misalnya adalah highlight wisata ini. Menurut cerita dari rumah teras itulah para anggota Beatless berkumpul, berlatih dan menulis banyak lagu. Mendip adalah tempat tinggal Lennon bersama bibinya, Mimi dan pamannya George. Di kamar dan teras rumah inilah pria berkacamata itu menggubah lagu-lagu awal Beatless. Kini rumah yang dibeli janda Lennon, Yoko Ono diserahkan kepada suatu badan. Tempat-tempat lain seperti Penny Lane, Strawberry Fields  yang punya catatan khusus karena banyak menginspirasi penulisan lagu Beatless juga menarik perhatian pengunjung.

Sementara itu, di jantung kota, galeri seni wall of fame the Beatless di jalan Mathew yang memajang lebih dari 50 edisi terbatas cakram emas the Beatless dan benda-benda pribadi lainnya dipadati manusia. Untuk sejenak, saya pun larut dalam euphoria bersama para penggemar Beatless. Yang jelas pelaku industri pariwisata, baik itu bisnis perhotelan, jasa transport, biro perjalan wisata sampai kedai makan kebanjiran rejeki dari arus pendatang di kota Liverpool.

Kota Pelabuhan

Berbeda dengan kota-kota besar di Inggris Raya, melintasi jalanan kota Liverpool terasa sangat menyenangkan. Kotanya tidak terlalu luas. Taman-taman kota dengan aneka bunga berwarna-warni terawat rapi. Ruang publik ini di kelilingi gedung-gedung tua yang terjaga keasliannya. Jalan-jalan kotanya lebar dan tidak terlalu padat pengunjung. Lalu lintas kendaraan pun tidak seruwet Jakarta. Bagian-bagian menarik kota berkumpul dalam suatu lokasi yang tidak berjauhan. Di kota ini bermukim komunitas China dalam jumlah yang cukup besar. Menurut kabar, China Town atau pecinan di Liverpool adalah yang terbesar di dararan Inggris, sehingga cita rasa Asia cukup menonjol di kota kelahiran pesepakbola Wayne Rooney ini.

Daya tarik Kota Liverpool akan nampak memikat jika kita melewatkan waktu menyusuri sungai Mersey yang membingkai kota ini. Dengan merogok kocek 6,5 Poundsterling (sekitar Rp 104 ribu) saya membeli tiket feri pelayaran Liverpool Bay Cruise di suatu senja. Pelayaran berdurasi 50 menit terasa begitu cepat untuk  melihat suguhan visual panorama kota di saat senja. Saat gedung-gedung tua (sebagian gedung baru) yang berjejer di tepian sungai bermandi cahaya lampu, saat itulah kota Liverpool terlihat eksotik dengan refleksinya di perairan sungai. Kawasan Pier Head yang bercokol tiga gedung kuno utama dan kini dijadikan pusat warisan budaya dunia: gedung Liver, Cunard dan gedung pelabuhan Liverpool nampak begitu anggun dengan menara jam tuanya ketika disirami  sorotan lampu.

Daerah tepian sungai Mersey (Merseyside) adalah titik penting sejarah kota. Tempat inilah yang memainkan peranan penting dunia maritim Liverpool sehingga menguatkan predikatnya sebagai kota pelabuhan di Inggris. Pelayaran transatlantik dan lalu lintas laut yang menghubungkan daratan Inggris dengan pulau tetangganya Irlandia, berada di sini. Bisa dikata, maritim di tepian Mersey adalah poin utama untuk mengeksplorasi petumbuhan kota Liverpool dan daerah di sekitar pelabuhan yang memiliki warisan budaya di dunia pelayaran.

Di tempat ini pula terdapat Albert Dock, suatu komplek marina yang berhasil direnovasi tahun 1980-an dengan deratan bangunan memanjang berbentuk  segi empat yang mengitari danau. Di tengahnya terdapat pulau buatan berbentuk peta pulau Inggris dengan gambar-gambar benda yang menjadi ciri khas daerah di daratan Inggris. Misalnya daratan tengah Inggris yang disebut Midlands terdapat gambar keramik yang memang menjadi sentra kerajinan keramik di Inggris. Di komplek ini berdiri museum martim Marseyside, gerai galeri seni Tate, museum  The Beatless Story yang merangkap toko cendramata, pusat hiburan dan tempat relaksasi lainnya.

Kejayaan dunia maritim Liverpool terasakan saat kaki melangkah memasuki museum maritim Merseyside. Interior bangunan didisain sedemikian rupa. Beberapa bagian seperti untuk tujuan pendidikan dibuat interaktif agar tidak membosankan. Jika mau jujur menikmati isi  gedung ini bukan aspek keindahan yang ditonjolkan, namun lebih pada sisi penghayatan. Betapa tidak di salah satu ruangan, pengunjung disuguhi segala pernak pernik benda-benda yang pernah terdapat dalam kapal legendaris Titanic. Di situ tidak hanya ada replika kapal mewah dalam ukuran besar namun juga beberapa benda-benda lain seperti jaket pelampung para penumpang yang terselamatkan, topi crew kapal, seragam pelaut, peralatan makan di Titanic, juga informasi lain seputar kapal yang pernah diklaim sebagai istana terapung tersebut.

Banyak hal yang bisa dipelajari generasi masa kini di museum ini. Pengunjung seperti diajak menapak tilas sejarah Liverpool yang pernah menjadi embarkasi 9 juta emigran dalam kurun waktu seabad (1830-1930) saat menuju benua impian Amerika, Kanada, Australia dan Selandia Baru.  Begitu juga sejarah perdagangan budak yang melakukan transatlantik beserta sejarah kaum negro Afrika yang tidak bisa dilupakan begitu saja. Kapal-kapal dagang yang punya peran dalam perang dunia ke-2 di samudra Atlantik juga ikut dipajang. Dan tidak ketinggalan pula replika kapal mewah saudara Titanic di jaman Edward yakni Lusitania dan Britania yang sama-sama dibangun di galangan kapal Belfast, Irlandia Utara, ikut ditampilkan. Sejarah juga mencatat kapal-kapal tersebut juga mengalami nasib tragis seperti Titanic, tenggelam di perairan dalam.

Gedung museum maritim ini menurut catatan yang ada dulunya merupakan sebuah gudang tua yang menjadi bagian dari historis dari Albert Dock di pinggiran sungai Mersey. Dibuka tahun 1980 dan isinya seakan menceritakan kejayaan salah satu pelabuhan terbesar dunia berserta orang-orang yang menggunakan pelabuhan tersebut. Koleksinya merefleksikan peran Liverpool sebagai pintu gerbang dunia termasuk didalamnya perannya dalam perdagangan budak dan arus emigrasi besar-besaran. Perpustakaan dan arsip yang dipunyai berisi koleksi berharga catatan kapal-kapal dagang di Inggris raya.

Jika belanja adalah gairah utama anda mengunjungi sebuah kota, maka apa yang dicari di kota kosmopolitan Liverpool akan ditemui. Toko-toko cenderamata khusus di deretan arcade Albert Dock, Church Street, Bold Street sampai pasar Paddy adalah beberapa alternatif yang bisa dikunjungi. Di sini berlaku ungkapan shop till you drop.

Bagi anda pecinta dunia seni, Liverpool yang pasti mampu memanjakan hobi anda. Galeri seni Tate, terbesar di luar London memberi kesempatan anda mendapatkan barang cangkingan sebagai cenderamata saat mengunjungi Liverpool. Galeri ini merupakan tempat koleksi nasional dari seni modern di utara Inggris. Benda-benda seni kontemporer dari tahun 1900 sampai kini yang mencakup fotografi, video, seni instalasi, lukisan dan patung adalah beberapa koleksi yang terpajang di sini. Cetakan dan repro lukisan pelukis ternama semacam Vincent Van Gogh, Salvador Dalli, Monet, Russeu, Rembrant, Picasso bisa didapat dengan harga terjangkau. Saya pun tak dapat menahan diri untuk membawa repro cetakan beberapa pelukis ternama itu yang per bijinya diberi bandrol harga 3,5 poundsterling. Yang jelas lukisan repro itu setelah diberi bingkai mampu memperindah interior rumah.

6 thoughts on “Liverpool, Pesona The Beatless Sampai Kota Pelabuhan

  1. thanks for sharing. sekedar mau tanya, saya akan ke liverpool bulan agustus tahun depan. berarti itu pas lagi summer disana. apakah summer disana sepanas di jakarta? karna saya harus menyesuaikan baju yg harus saya bawa. trs apakah bapak sempat ke anfield? karna saya rencananya akan ke anfield juga. thanks

    • Thanks for reading my blog. Musim panas di Inggris kadang kala suhunya sama dengan Indonesia, bisa mencapai 30 derajat Celcius, namun adakalanya summer di sana sama dengan musim hujan dengan suhu sekitar 20-an. Masalah baju lebih nyamannya pake baju biasa seperti yang kita pakai di Indonesia, namun harus rangkap-rangkap. Pengalaman saya tinggal di Inggris lebih dari setahun (dan kebetulan tempat tinggal saya dengan Liverpool cuma 50 km jauhnya) saya pake baju seperti di Indonesia namun rangkap2. Tergantung musimnya, kalau musim dinggin bisa sampai rangkap 5 he….he. Kita bisa aja pake overcoat, tapi gak nyaman karena terpaan angin di Inggris begitu gila-gilaan. Anginnya pokoknya gak pernah kita rasakan di Indonesia, kenceng banget, jadi kalau pake overcoat kalau di buat jalan langkah kaki jadi berat. Oh…..ya saya gak sempat ke Anfield, maklum bukan penggemar Liverpool FC. Selamat berlibur ya!!!!

  2. Setelah Mekkah dan Madinah…. Liverpool kota yang sangat aku dambakan tuk berkunjung sambil nonton derby Liverpool vs Everton

Leave a comment